Recent Articles

Jumat, 23 Agustus 2013

Pura Ulun Danu, Bali

Jumat, 23 Agustus 2013 - 0 Comments

Pura Batur yang lebih dikenal dengan Pura Ulun Danu terletak pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut tepatnya di Desa Kalanganyar Kecamatan Kintamani di sebelah Timur jalan raya Denpasar-Singaraja.
Pura ini menghadap ke barat yang dilatarbelakangi Gunung Batur dengan lava hitamnya serta Danau Batur yang membentang jauh di kaki Gunung Batur, melengkapi keindahan alam di sekeliling pura.
Sebelum letaknya yang sekarang ini, Pura Batur terletak di lereng Barat Daya Gunung Batur. Karena letusan dasyat pada tahun 1917 yang telah menghancurkan semuanya, termasuk pura ini kecuali sebuah pelinggih yang tertinggi. Akhirnya berkat inisiatif kepala desa bersama pemuka desa, mereka membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur ke tempat yang lebih tinggi yakni pada lokasi saat ini. Upacara di pura ini dirayakan setiap tahun yang dinamakan Ngusaba Kedasa.


SEJARAH PURA BATUR
Sebelum letusan Gunung Batur yang dasyat pada tahun 1917, Pura Batur semula terletak di kaki Gunung itu dekat tepi Barat Daya Danau Batur yang merusakkan 65.000 rumah, 2.500 Pura dan lebih dari ribuan kehidupan. Tetapi keajaiban menghentikannya pada kaki Pura. Orang-orang melihat semua ini sebagai pertanda baik dan melanjutkan untuk tetap tinggal disana. Pada tahun 1926 letusan baru menutupi seluruh Pura kecuali “Pelinggih” yang tertinggi, temapt pemujaan kepada Tuhan dalam perwujudan Dewi Danu, Dewi air danau. Kemudian warga desa bersikeras untuk menempatkannya di tempat yang lebih tinggi dan memulai tusag mereka untuk membangun kembali pura. Mereka membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur.
Beberapa lontar suci Bali kuno menceritakan asal mula Pura Batur yang merupakan bagian dari “sad kayangan” enam kelompok Pura yang ada di Bali yang tercatat dalam lontar Widhi Sastra, lontar Raja Purana dan Babad Pasek Kayu Selem. Pura Batur juga dinyatakan sebagai Pura “Kayangan Jagat” yang disungsung oleh masyarakat umum.
Sejarah Pura Batur merupakan persembahan untuk Dewi Kesuburan, Dewi Danu. Dia adalah Dewi dari air danau. Air yang kaya akan mineral mengalir dari Danau Batur, mengalir dari satu petak sawah ke petak sawah yang lainnya, lambat laun turun ke bumi. Dalam lontar Usaha Bali, salah satu sastra suci yang ditempatkan di pura itu, ada legenda kuno yang melukiskan susunan dari tahta Dewi Danu.
Legenda tersebut diceritakan sebagai berikut :
Pada suatu malam di awal bulan kelima Margasari Dewa Pasupati (Siwa) memindahkan puncak Gunung Mahameru di India dan membaginya menjadi dua bagian. Dibawanya satu bagian dengan tangan kirinya dan yang satunya dengan tangan kanannya. Kedua belahan itu dibawa menjadi tahta. Belahan yang dibawa dengan tangan kanannya menjadi Gunung Agung tahta untuk anaknya, Dewa Putranjaya (mahadewa Siwa) dan yang dibawanya dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur tahta dari Dewi Danu, Dewi Air Danau. Legenda ini menjadikan Gunung terbesar di Bali dan dua elemen simbolis “laki-laki dan perempuan” (Purasa dan Pradana) atau dua asal mula manifestasi dari sumber; Tuhan (Ida Sang Hyang Wishi Wasa).
Identifikasi dan Daya Tarik
Nama obyek wisata kawasan Batur disesuaikan dengan potensi yang ada yaitu Gunung Batur dan Danau Batur. Nama Pura Batur berasal dari nama Gunung Batur yang merupakan salah satu Pura Sad Kahyangan di emong oleh Warga Desa Batur. Sebelum meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur berada di kaki sebelah Barat Daya Gunung Batur. Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Batur ini, maka Pura bersama warga desa Batur dipindahkan di tempat sekarang. Sisa-sisa lahar yang membeku berwarna hitam, Gunung Batur tegak menjulang, Danau Batur teduh membiru, merupakan suatu daya tarik bagi setiap pengunjung. Dari Penelokan dapat memandang birunya Danau Batur dan buih-buih ombak yang menepi menemani sopir boat saat melayani wisatawan dan penumpang umum dalam setiap penyebrangan dari Desa Kedisan ke Desa Trunyan. Para nelayan juga mewarnai kesibukan di Danau Batur mengail ikan mujair yang hasil tangkapannya di jual di pasar Kota Bangli, sehingga di Bangli dikenal dengan sate mujairnya yang merupakan makanan ciri khas Kabupaten Bangli.
Lokasi
Obyek Wisata Kawasan Batur terletak di Desa Batur, Kecamatan Kintamani Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli. Obyek Wisata Kawasan Batur berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut dengan suhu udaranya berhawa sejuk pada siang ahri dan dingin pada malam hari. Untuk mencapai lokasi ini dari Ibu Kota Bangli jaraknya 23 km. Obyek wisata ini dapat dilalui dengan kendaraan bermotor, karena lokasi ini menghubungkan kota Bangli dan kota Singaraja. Sedangkan rute obyek, menghubungkan Obyek Wisata Kawasan Batur dengan Obyek Wisata Tampaksiring dan Besakih.
Fasilitas
Di obyek wisata Kawasan Batur sudah tersedia tempat parkir, rumah makan, restourant, penginapan, toilet, wartel, serta warung-warung minuman dan makanan kecil. Mengenai fasilitas angkutan umum dan angkutan penyeberangan sudah tersedia.
Kunjungan
Obyek wisata Kawasan Batur ramai dikunjungi oleh wisatawan Mancanegara dan Nusantara. Kunjungan yang paling menonjol sekitar bulan Agustus, Desember, saat menyambut Tahun Baru dan suasana Tahun Baru. Demikian pula pada hari-hari Raya Galungan, Idul Fitri dan Hari Raya Natal, bahkan sering dikunjungi oleh tamu Negara baik dari pusat maupun tamu dari luar negeri.
Deskripsi
Sumber-sumber yang menyebutkan tentang Batur adalah Lontar Kesmu Dewa. Lontar Usana Bali dan Lontar Raja Purana Batur. Disebutkan bahwa Pura Batur sudah ada sejak jaman Empu Kuturan yaitu abad X sampai permulaan abad XI. Luasnya areal dan banyaknya pelinggih-pelinggih maka diperkirakan bahwa Pura Batur adalah Penyiwi raja-raja yang berkuasa di Bali, sekaligus merupakan Kahyangan Jagat. Di Pura Batur yang diistanakan adalah Dewi Danu yang disebutkan dalam Lontar Usana Bali yang terjemahannya sebagai berikut : Adalah ceritera, terjadi pada bulan Marga Sari (bulan ke V) waktu Kresna Paksa (Tilem) tersebutlah Betara Pasupati di India sedang memindahkan Puncak Gunung Maha Meru dibagi menjadi dua, dipegang dengan tangan kiri dan kanan lalu dibawa ke Bali digunakan sebagai sthana Putra beliau yaitu Betara Putrajaya (Hyang Maha Dewa) dan puncak gunung yang dibawa tangan kiri menjadi Gunung Batur sebagai sthana Betari Danuh, keduanya itulah sebagai ulunya Pulau Bali. Kedua Gunung ini merupakan lambang unsur Purusa dan Pradana dari Sang Hyang Widhi. Pura Batur merupakan tempat Pemujaan Umat Hindu di seluruh Bali khususnya Bali Tengah, Utara dan Timur memohon keselamatan di bidang persawahan. Sehingga pada saat puja wali yang jatuh pada Purnamaning ke X (kedasa) seluruh umat terutama pada semua kelian subak, sedahan-sedahan datang ke Pura Batur menghaturkan “Suwinih”. Demikian kalau terjadi bencana hama.

Lompat Batu dari Nias

Hombo (lompat) batu merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari). Desa Bawo Mataluo adalah desa yang kaya dengan situs megalitik (batu besar) berukir dan di dalamnya terdapat perumahan tradisional khas Nias (omo hada).
Tradisi lompat batu adalah ritus budaya untuk menentukan apakah seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum. Para pemuda itu akan diakui sebagai lelaki pemberani dan memenuhi syarat untuk menikah apabila dapat melompati sebuah tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua meter. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya. Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan batu yang tinggi tersebut. Banyak pemuda yang begitu bersemangat untuk dapat melompatinya.
Lokasi
Desa Bawo Mataluo berada di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Akses
Untuk mencapai lokasi wisata, pelancong dapat menggunakan Merpati Airlines dari Medan ke Pulau Nias (Gunung Sitoli) dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Dari Gunung Sitoli, wisatawan membutuhkan sekitar 3 jam perjalanan menuju Teluk Dalam dengan kendaraan roda dua atau empat.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Oleh karena Teluk Dalam adalah ibukota kabupaten, maka wisatawan tidak sulit mencari penginapan dari tingkat bungalow, penginapan kelas melati, ataupun hotel. Restoran dan kedai makanan juga ada di sekitar lokasi.

Tari Caci, Tari Perang Dari Flores

Dua pria tegap berdiri saling berhadapan. Satu memegang cambuk, yang lain bersiap menangkisnya. Didahului dengan seorang pemuda yang tampak bernyanyi menantang pria dari kelompok lawan. Tantangan itu disambut senandung dari kelompok sebelah. Pemuda dari kelompok yang ditantang maju dengan gerakan tarian. Tanga, kepala, dan kakinya bergerak seirama lagu yang diamainkan.
Cetaarr!!Suara cambuk atau pecut menyalak mengenai tubuh pria di depannya. Luka memerah terlihat pada bagian tubuh yang terkena sabetan cambuk tersebut. Pemuda tadi balas memecut. Tapi, sang lawan pandai berkelit, serangannya membentur tameng. Sekali lagi, cetaar!... kali ini, serangan pemuda yang terluka itu mengenai sasaran. Anehnya, tidak tampak rasa kesakitan pada wajah lawan meski sabetan pecut begitu keras. Hahaha… justru gelak tawa dan sorak-sorai membuncah mengiringi adegan menegangkan tersebut.
Itulah tari Caci. Sebuah tarian perang khas Manggarai di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang melambangkan simbol kepahlawanan dan keperkasaan. Tarian ini memang melibatkan dua orang pria. Yang satu bertindak sebagai penyerang dan pihak lain harus bertahan atau penangkis serangan. Terdapat dua kelompok yang saling berhadapan dengan masing-masing beranggotakan delapan orang.
“Caci adalah permainan rakyat yang biasa dilakukan pada upacara adat atau upacara kenegaraan. Caci sendiri berasal dari kata “ca” yang atinya satu dan “ci” yang berarti uji. Atau bisa diterjemahkan menjadi menguji ketangkasan satu lawan satu,” ujar Lambertus Jeharu, yang merupakan salah seorang tetua adat di daerah Manggarai Barat. Pagelaran tarian Caci kali ini berlangsung untuk mmeriahkan acara Komodo Karnaval pada 17-18 November 2012.
“Luka seperti ini sudah biasa. Nanti setelah diolesi kapur sirih, dua-tiga hari juga sembuh,” ujar salah seorang pemain tarian Caci.
Konon bagian tubuh yang terkena cambuk akan menjadi penanda penting. Jika bagian punggung yang terkena cambuk, itu tandanya panen akan menjanjikan. Darah yang keluar dari luka cambukan merupakan persembahan kepada leluhur untuk kesuburan tanah.
Dalam perkembangannya, Caci biasanya diadakan pada saat upacara pembukaan lahan baru, upacara penyambutan tamu dan saat hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Hanya Pria Pilihan
Tidak semua orang Manggarai layak menjadi peserta Caci. Selain harus pria, persyaratan lain adalah mahir memukul lawan, terampil menangkis seragan, berbadan atletis, luwes dalam melakukan gerak tari, juga dapat menyanyikan lagu daerah. Permainan Caci ini juga dijadikan pelajaran berharga bagi anggota suku Manggarai dalam mengendalikan emosi.
Maklum, meski saling mencambuk, tata krama dan sopan santun dalam gerakan di arena tetap dilakukan. Para pemain tetap memberi hormat pada lawan setiap beradu.
Sebelum Caci dilangsungkan, sebuah pemanjatan nyanyian bernama kelong dialunkan sebagai panggilan kepada arwah para leluhur . Saat kelong dilantunkan, dan tandak atau danding mengikuti, maka Caci harus dilaksanakan. Tidak ada kelong tanpa Caci dan sebaliknya.
Dalam penuturan para orang tua Manggarai, di masa lalu, beberapa penari Caci bahkan mengalami kondisi beke atau rowa yang parah, seperti biji mata yang jatuh ke tanah. Para tetua adat meyakini , kondisi ini disebabkan oleh sikap si petarung yang melupakan adat, atau tidak menghormati tradisi, atau juga melanggar ketentuan-ketentuan adat.
Asal Mula Tari Caci
Masyarakat Manggarai percaya dengan cerita asal mula tariam Caci. Dahulu ada dua orang kakak beradik dan seekor kerbau milik mereka yang berjalan melintasi padang rumput. Si adik tiba-tiba terjerumus ke dalam sebuah lubang yang membuat sang kakak panik dan berusaha menarik adiknya. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali dengan menyembelih kerbau miliknya lalu diambil bagian kulitnya sebagai alay untuk menarik sang adik. Upaya tersebut berhasil, dan sang adik berhasil diselamatkan. Maka untuk merayakan kejadian itu mereka menciptakan permainan Caci sebagai wujud rasa kasih sayang.

Kamis, 22 Agustus 2013

Ke Banjarmasin? Jangan Lupa Menikmati Lontong Orari

Kamis, 22 Agustus 2013 - 0 Comments


Rumah makan sederhana ini sudah menjadi legenda kuliner di Banjarmasin. Letaknya yang di dalam gang bahkan tidak mampu menyurutkan niat penikmatnya untuk tetap datang. Cukup merogoh kocek Rp. 20.000-an anda sudah bisa menikmati dua lontong segitiga dengan ukuran yang cukup besar dengan kuah sayur nangka bersantan kental dan pilihan lauk pendampingnya, yaitu ayam atau ikan haruan/ikan gabus.
Jika porsi tersebut terlalu besar, anda bisa memesan setengahnya saja. Saking terkenalnya rumah makan ini, tak heran beberapa tahun terakhir dindingnya dihiasi branding provider telekomunikasi.

LONTONG ORARI
Jl Simpang Sei Mesa Banjarmasin
Telp: 0511-325149

Menikmati Soto Banjar di Tepi Sungai

Menyusuri Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan menggunakan "klotok" (angkutan kota di perairan) seraya menikmati kuliner khas setempat, soto banjar merupakan salah satu kegiatan wisata yang belakangan ini kian digandrungi.

"Menikmati kuliner sambil menyaksikan pemandangan Sungai Martapura dengan aneka budaya sungainya, tak terasa sepiring soto ditambah 10 tusuk sate ayam ludes dimakan," kata seorang wisatawan, Aprizal warga Berland, Jakarta Timur, yang datang ke Banjarmasin bersama istri dan seorang putrinya.

Menurut Aprizal, biasanya dia makan tak pernah sebanyak itu, tetapi di tengah suasana yang menyenangkan seperti itu ditambah lezatnya soto membuat makan menjadi lahap.

Belakangan ada kecendrungan wisatawan menikmati wisata susur sungai sambil menikmati berbagai kuliner khas kota yang berjuluk "Kota Seribu Sungai" tersebut. Mereka datang ke Banjarmasin baik perorangan maupun grup kemudian mendatangi warung-warung kuliner. Setelah itu menyewa sebuah klotok lalu bepergian susur sungai selama satu jam atau lebih sambil makan dan minum di dalam angkutan sungai tersebut.


Seperti pemantauan penulis di rumah makan Soto Abang Amat, Banua Anyar, Selasa (12/3/2013,) begitu banyak wisatawan nusantara memenuhi lokasi yang berada di tepian Sungai Martapura tersebut.

Di lokasi rumah makan yang berada di perkampungan padat penduduk tersebut, wisatawan bisa makan dan minum sambil dihibur kesenian lokal, musik panting. Bahkan pengunjung juga diajak berjoget ria diiringi irama musik panting dengan lagu-lagu berbahasa Banjar.

Embusan angin dan bunyi riak gelombang Sungai Martapura dan suasana lingkungan perairan yang asri menambah keasyikan para pengunjung untuk mencicipi hidangan makanan yang didominasi lontong, telur, dan ayam kampung tersebut.

Dari sekian pengunjung tersebut ada yang lebih memilih menikmati kuliner seraya dihibur musik panting, ada pula yang lebih memilih hidangan dimasukkan ke dalam klotok lalu makan di dalam klotok seraya menikmati wisata susur sungai.

Seperti keluarga Aprizal asal Jakarta ini, memilih makan dan minum di dalam klotok lalu berlayar selama satu jam rute rumah makan Soto Banjar Abang Amat Banua Anyar ke lokasi kawasan wisata sungai Siring Tendean pusat kota Banjarmasin pulang-pergi.

Selama perjalanan sungai tersebut, wisatawan bisa menyaksikan aneka budaya sungai, seperti warung-awrung terapung,  rumah terapung, industri terapung, dan suasana Kota Banjarmasin di pinggir sungai.

Pengunjung bisa menyaksikan budaya lainnya dimana warga setempat berada di "lanting" (tempat khusus mandi dan cuci di atas sungai) mandi, mencuci, sikat gigi. Ada pula warga yang asyik memancing, mencari kerang sungai, atau menyaksikan sekumpulan anak-anak sedang berenang ke sana-kemari dan bermain di permukaan air.

Memang di Banjarmasin, banyak rumah penduduk halamannya tidak menghadap ke daratan, tetapi menghadap ke  sungai, karena tak punya halamann daratan, anak-anak yang suka bermain,  merekapun terpaksa  bermain di air.

"Tarif klotok rute Banua Anyar-Siring Tendean hanya Rp 100.000 tetapi bila rute lebih jauh seperti Banua Anyar-Pasar Terapung, Banua Anyar-Pulau Kembang sebesar Rp 200.000," kata Rahmadi, pemilik klotok yang mangkal di kawasan tersebut.

Terdapat sekitar sepuluh buah klotok mangkal dan yang siap melayani rute wisata susur sungai di rumah makan Soto Amang Amat tersebut.

Di Banjarmasin selain rumah makan Soto Abang Amat masih ada beberapa lokasi untuk penikmat kuliner seraya wisata susur sungai, seperti rumah makan Soto Bawah Jembatan, rumah makan Yana Yani di Sungai Jingah, atau rumah patin, Pasar Lima.

Keindahan Pantai Iboih, Sabang

Berada di ujung barat Pulau Sumatera, Pantai Iboih menawarkan kecantikan alam yang masih alami. Air lautnya begitu jernih, belum lagi jika menyelam, Anda akan disambut dengan kerajaan bawah laut yang megah.

Aceh, kawasan di ujung paling barat Indonesia. Mungkin kita hanya sering mengingatnya sebagai daerah pernah konflik, penghasil ganja, dan sejarah kerajaan. Tapi percayakah bahwa hal itu hanyalah sebagian cerita, yang hanya kita ulas sepotong tanpa tahu cerita lengkapnya?

Sabang merupakan tempat saya mulai merasakan bahwa kita sebagai manusia adalah khalifah. Maka tak ada alasan untuk tidak melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain.

Hal ini pernah juga ditulis oleh traveler Riani Djangkaru. Kata-kata tersebut saya nilai sangat benar adanya. Sudah 2 kali saya ke Pulau Weh, tapi hingga saat ini tempat tersebut masih membuat saya penasaran.

Perjalanan saya awali dengan naik bis dari medan pada malam hari, tempat tinggal orang tua saya. Pada pukul 08.00 WIB saya tiba di Terminal Banda Aceh, kemudian dijemput oleh teman saya.


Barulah setelah itu saya diantarkan ke Pelabuhan Ulee Lheue untuk segera menyeberang ke Pulau Weh. Traveler yang ingin menyeberang bisa memilih ingin naik kapal cepat atau ferry yang memakan waktu 2 jam. Oh iya, jangan lupa untuk membawa kopi aceh yang dijual di sekitar Kota Banda Aceh. Jika beruntung kalian bisa menemukan dodol ganja.

Setibanya di Sabang, wisatawan bisa memilih taksi sebagai transportasi menuju Iboih, Sumur Tiga, Gapang, Tugu Nol Kilometer, atau ke Kota Sabang. Kalau beruntung, traveler bisa naik taksi milik penduduk lokal. Biasanya mobil sedan, tapi saya juga melihat ada Mazda RX-8 dijadikan taksi.

Dua kali saya ke sana, dan saya selalu memilih untuk mengambil penginapan di Pantai Iboih. Selain karena murah, Pantai Iboih menjadi tempat paling nyaman untuk bersantai.

Wisatawan bisa memilih penginapan dengan harga dan fasilitas yang diinginkan. Lingkungan sekitar dan masyarakatnya juga sangat ramah, serta memberikan pelayanan yang sangat bersahabat.

Pagi hari adalah saat paling nikmat untuk snorkeling. Selain karena plankton belum naik ke permukaan, suasana sejuk pagi akan memberikan kesan takjub yang lebih mendalam. Terlebih jika Anda bisa menaiki perahu dan memutari Pulau Rubiah.
Rubiah adalah pulau di seberang Pantai Iboih. Kalau nekat ya berenang saja ke pulau tersebut, dijamin akan ada sensasi yang lebih menantang. Kumpulan terumbu karang di sekitar pulau akan semakin memanjakan mata.

Beberapa yang menarik dari Pantai Iboih dan Pulau Rubiah adalah keberadaan anak hiu. Ya, jika beruntung, Anda akan menemukan anak-anak hiu yang berenang dekat pantai.

Biasanya mereka ada di kedalaman 2-3 meter. Tak perlu takut, Anda hanya perlu memastikan tak ada darah di sekitar tubuh.

Di Pantai Iboih, wisatawan akan dihadapkan dengan banyak titik penyelaman. Mungkin tak cukup sehari untuk menikmati isi bawah airnya. Terutama jika ingin diving di daerah ini, saya rasa butuh seminggu untuk puas bermain di Sabang.

Pantai Gapang, Sumur Tiga, dan Tugu Nol Kilometer juga menjadi objek rekreasi yang menarik di Pulau Weh. Bila ada kesempatan ajaklah orang setempat untuk berbincang mengenai sejarah Aceh, kerajaannya, hingga refleksi tsunami 2004 lalu.

Saya rasa mereka akan menceritakan banyak hal dan akan menambah wawasan kita mengenai Aceh dan sekitarnya. Hal ini tentu juga akan mengobati trauma bersama paska tsunami.

Satu hal lagi, jangan lupa untuk belanja oleh-oleh, walau hanya membeli kue sabang. Kerabat di kota asal pasti akan menantikan oleh-oleh Anda dari Sabang.

Subscribe

Donec sed odio dui. Duis mollis, est non commodo luctus, nisi erat porttitor ligula, eget lacinia odio. Duis mollis

© 2013 Wisata Indonesia. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks